Udara dingin pagi itu sangat menyejukan, di ketinggian -/+ 1300 mdpl tepatnya di Desa Bunjo Ambacang Nagari Lasi Kecamatan Agam Sumatra barat. Pak Suardi, ketua kelompok tani Kopi, sangat semangat menjelaskan soal kopi yang tumbuh di Lereng Gunung Marapi. Sekarang, ada sekitar 100.000 pohon kopi yg tersebar di Lereng Gunung Marapi ini. Jalan menanjak menuju kebun kopi, kami sangat kaget ketika sesekali melihat pohon kopi yg ukurannya masih relatif pendek, tapi sudah berbuah banyak. Bagi kami, Nagari lasi sudah seperti rumah sendiri. Kami sharing soal gimana cara memproses biji kopi, soal pemangkasan pohon, hingga mengubah kopi menjadi green beans dengan kualitas yg bagus. Dome kami bangun di depan salah satu petani Nagari Lasi, Pak Nazril nama petani trsb.
Tidak hanya kualitas kopi saja, di Kelompok Tani Istana Rakyat juga membangun kerja sama sesama petani kopi dan cinta akan tanah kelahiran mereka. Saat ini mereka sedang membangun Rumah Gadang sebagai tempat beristirahat selepas berkebun. Mereka bekerja dengen etos sangat besar, punya mimpi besar soal masa depan Nagari Lasi untuk kopinya lebih baik.
Umur Senja
Cukup disayangkan rata-rata petani dari nagari Lasi cukup senja, tak ada orang muda yg ikut dalam pemanfaatan lahan mereka, adapun bisa di hitung dengan jari. Pak Nazril, Pak Suardi, Pak Mus adalah beberapa petani kopi di Nagari Lasi yg umurnya tidak muda lagi, tapi semangat mereka soal mengunakan lahan untuk nanam kopi sangat kuat , semangat sekali.
Nagari Lasi, tempat yg menurut kami sangat indah, cantik dan sejuk hawanya. Dari tangan-tangan petani inilah kopi nikmat di mulai. Merawat tanaman, membersihkan gulma sekitar pohon ,memetik dengan selektif dan ujungnya adalah pascapanen yg baik.
Harapan kami, tidak hanya kopi Nagari Lasi yg di kenal…tapi etos kerja para petani di Kampung ini juga jadi contoh .
Salam
Klinik Kopi
24-March, Aei Dingin Solok