Dengan ketemu banyak orang, kami merekam banyak juga peristiwa yg kadang membuat kami jadi lebih banyak temen baru. Dan soal masa depan seseorang, siapa yg tahu ?
Misal salah satu pasien kami yg pernah datang 3 tahun yg lalu . Dia bercerita soal kerjaan barunya di tembagapura. Bicara soal keseharian ngopinya di kantor yg sudah lengkap dengan alat2 seduh. “ selepas dapat gaji pertama, alat2 kopi yg saya borong mas” Kata beliau dengan bangga. Temen2 sekantornya kebetulan juga suka ngopi, lebih2 temen2 kerja yg dr luar negri. Tidak menyangka bahwa petemuan 3 tahun yg lalu membuat dia punya dasar menikmati kopi. “Dulu, kalo ke klinik minum pertama kopi Bu nur Kata dia . “ Kalo saat itu ga beli hand grinder, mungkin saya ngopinya masih kayak dulu”. Beda yg terjadi di desa, jauh dari peradaban kota yg mewah. Kami ngobrol dengan Bu Murti yg berani memulai nanam kopi. Awalnya, hanya 3 orang yg ambil bibit buat ditanam bantuan dari Indonesia Power, sekarang kurang lebih ada 60 keluarga yg serius bergantung dengan tanaman kopi. Kalo misal, 2011 Bu Murti ga ambil bibit kopi, mungkin saja hidupnya tidak seperti sekarang. Bbrp kebun yg awalnya ditanami cabe, tembakau serta buncis, pohon kopi selalu ada disetiap meternya.
Dua contoh tadi adalah bbrp yg kami temui keseharian, dimana keberanian memulai (nanam kopi), keberanian mencoba (minum kopi ) itu perlu. Ntah di kota atau di desa, itu sama saja.
Bagi kami, orang-orang yg berubah hidupnya, adalah orang2 yg berani mengambil keputusan.