Dengan bercanda teman kami berkata “ Ah, paling tren kopi kayak Batu Akik atau Gelombang Cinta”, yang rame dibicarakan di awal-awal lalu banyak lalu hilang pelan-pelan.
Wah, kami bukan ahli memprediksi gimana perkembangan kopi ke depan. Bahkan kami juga ga tahu kemana akhirnya kopi kami nantinya (red warung kami). Yang terjadi, saat ini hanya kami melakukan apa yg kami suka, melakukan apa yg kami bisa, melakukan hobby yg kami gemari, lalu banyak yg suka kopinya. Misal tak suka, itu tak apa-apa juga. sederhana saja.
Masih ingat tren Ikan Lohan ? lalu bergeser ke Gelombang cinta, lalu tahun lalu (mungkin tahun ini masih) adalah Batu akik. Bulan april kami ke Sumatra barat, sepanjang jalan menuju ke Nagari Lasi banyak penjaja batu untuk hiasan (batu akik dkk). Desember kami ke Sumatra Barat ditahun yg sama. Penjual batu2 yg biasa menggelar jualan dipinggir jalan berkurang drastis. Hanya ada 1-2 warung, itupun sepi. tren sesaat ? ntahlah, mungkin pasar jenuh.
Mungkin sama kayak penjual Kolak di musim puasa, setiap jengkal jalan ada penjual kolak dan degan.
yang terjadi di kopi “mungkin” agak sama, sekarang banyak warung kopi (red di jogja). Orang-orang ngeposting dengan apron, sedang menuang air ke alat seduh, sedang bikin kopi….hampir semua soal kopi.
Kopi akan jadi budaya baru ? atau hanya tren ? ntahlah….
Klinik Kopi