2017 adalah tahun penting bagi kami , karena saat itulah kami mempraktekkan pola petik tunda di Senggani Banjarnegara. Awalnya gara2 banyak biji kopi yg sudah dipanen, saat masuk mesin pengupas bbrp biji kopi pecah. Ada dua hal yg kami tahu, bbrp kopi belum siap untuk dipanen maka efeknya kemana-mana. Kedua, setelah mereka tahu kadar tingkat manis ( brix meter) maka akhirnya menunggu buah kopi lama di pohon sampai merah begini. –
Logika sederhana, orang akan menunggu buah mangga matang dipohon dari pada harus dengan proses peram. Kenapa ? Ya karena manis. Sesederhana itu.
Setelah ketemu Pak Jarwo temanggung, maka kami banyak diskusi. Kami saat itu hanya menunjukan foto buah kopi yg di banjarnegara warna merah sekali karena efek petik tunda, saat itu juga pak jarwo berkata ” nanti saya bikin lebih merah lagi bisa mas “. Ini foto yg di kirim pak jarwo bbrp hari yg lalu. Kami sempet pesimis bbrp orang bisa melakukkan petik tunda. Ternyata beliau bisa melakukan itu. –
Bbrp bulan lagi panen akan tiba. Bahwa budaya memproses kopi ternyata ada dua hal : memproses karena adat turun temurun dan emang budaya memproses kopi bisa dicipkatan sendiri karena sama-sama mau belajar.
nb : petik tunda adalah fase menunda panen hingga biji kopi merah begini.